HOME Tokyo dan Sekitarnya Tokyo Asakusa Asakusa dan Ueno, Dulu dan Kini
HOME Tokyo dan Sekitarnya Tokyo Ueno Asakusa dan Ueno, Dulu dan Kini
Asakusa dan Ueno, Dulu dan Kini

Asakusa dan Ueno, Dulu dan Kini

Last updated: 25 Mei 2020

Sebagai objek wisata, Asakusa dan Ueno merupakan destinasi yang sayang untuk dilewatkan. Berikut ini kami perkenalkan Asakusa dan Ueno sebagai tempat yang dapat dirasakan kekunoan sejarah dan tradisinya.

Gambaran Umum Asakusa dan Ueno

Gambaran Umum Asakusa dan Ueno

Asakusa dan Ueno adalah kawasan yang populer di antara para wisatawan. Kawasan tersebut mempunyai beragam wajah, seperti deretan rumah dan toko yang kental dengan nuansa Jepang kuno, kuil Buddha atau semacamnya. Area ini juga disertai dengan sentuhan seni, seperti museum seni dan sejenisnya. Di wilayah ini juga dibangun banyak fasilitas bagi pengunjung, sebagai akibat pengaruh dari meningkatnya jumlah wisatawan setiap tahunnya.

Asal Usul dan Perkembangan Asakusa

Asal Usul dan Perkembangan Asakusa

Pada sekitar tahun 1590, melalui reklamasi, tanah daratan Edo lambat laun mengalami perluasan. Meskipun pada awalnya bagian sisi timur Asakusa adalah laut, tetapi Tokugawa Ieyasu telah membuka kesyogunan Edo (Edo Bakufu) menjadikan Asakusa sebagai pelabuhan tempat mengangkut barang. Pembangunan yang dinamis, seperti gudang penyimpanan beras dan pertokoan, membuat Asakusa menjadi kota tempat berkumpulnya emas, barang dan manusia. Kemudian, Asakusa menderita kerusakan hebat akibat Perang Dunia II dan Gempa Besar Kanto, akan tetapi dibangkitkan kembali menjadi kota yang begitu indah. Di samping menyisakan atmosfer di masa lampau, Asakusa juga mengalami kemajuan secara modern.

Asal Usul dan Perkembangan Ueno

Di sebuah kuil Buddha terdapat makam keluarga syogun Tokugawa yang telah didirikan oleh Tokugawa Iemitsu, syogun ketiga pada pemerintahan Edo Bakufu. Karena dibangun makam para syogun pendahulu di dalamnya, maka makam ini sangat dilindungi dengan baik oleh kesyogunan. Oleh sebab itu, wilayah ini menjadi makmur dan saat ini disebut dengan Ueno. Di sekitar kuil Buddha tersebut ditanami pohon sakura. Karena pada saat musim semi tiba, bermekaran bunga sakura yang menakjubkan, maka sampai sekarang pun Ueno masih menjadi tempat kenamaan untuk hanami (Tradisi menikmati keindahan bunga sakura).

Sejarah Perkembangan Asakusa dan Ueno

Sejarah Perkembangan Asakusa dan Ueno

Pembangunan dimulai setelah stasiun di Ueno dibuat untuk tujuan kargo dan pengangkutan pos. Setelah itu, kereta bawah tanah yang menghubungkan Ueno dan Asakusa mulai beroperasi, sehingga di Asakusa pun jumlah pekerjanya meningkat. Pascaperang membuat semangat pembangunan hilang selama beberapa waktu, namun karena jumlah wisatawan berangsur meningkat, Asakusa dan Ueno menjadi berkembang dengan menyisakan suasana kotanya atau disebut "shitamachi".

Asakusa dan Ueno Dapat Dinikmati di Tempat di Dekat Stasiun

Asakusa dan Ueno Dapat Dinikmati di Tempat di Dekat Stasiun

Karena Stasiun Ueno merupakan terminal besar tempat berkumpulnya setiap jalur penting, sehingga otomatis membuat banyak orang berkumpul. Oleh karenanya terjadi perkembangan yang berpusat di seputaran stasiun. Di dekat stasiun terdapat sebuah taman besar, di dalamnya terdapat museum dan galeri seni yang selalu ramai. Kemudian, di Asakusa juga terdapat kuil yang berjarak begitu dekat dari stasiun, di antaranya adalah sensoji (kuil Buddha senso). Kita dapat menikmati wisata dalam jarak beberapa menit dengan berjalan kaki.

Di Asakusa dan Ueno, Sarana hiburan Umum berkembang Pesat

Di Asakusa dan Ueno, Sarana hiburan Umum berkembang Pesat

Asakusa berkembang sebagai pusat seni pertunjukan rakyat. Di sana banyak berdiri bangunan, seperti shibaigoya (bangunan seni pertunjukan rakyat), kedai teh, juga rumah orang-orang yang begitu mempedulikan seni dalam hidupnya. Pada tahun 1907 didirikan gedung bioskop pertama di Jepang yang membuat film dan seni teater menjadi populer. Selain itu, di Ueno juga terdapat gedung seni pertunjukan komedi bangsawan paling bersejarah. Tidak peduli baik tua maupun muda, pria atau wanita banyak yang berkunjung untuk mendengarkan kisah dari seniman rakugo (seni bercerita tradisional Jepang yang mengisahkan cerita humor) yang begitu ringan lidah.

*This information is from the time of this article's publication.
*Prices and options mentioned are subject to change.
*Unless stated otherwise, all prices include tax.

Bagikan artikel ini.

Cari