HOME Dialek di Jepang
Dialek di Jepang

Dialek di Jepang

Last updated: 31 Maret 2020

Ketika Anda memegang pintu terbuka untuk seseorang di Kyushu, Anda akan berterima kasih dengan senyum hangat dan energik "Dandan!" ketika di Osaka Anda akan mendengar hangat “Okini!". Namun di Tokyo, ada kemungkinan besar berupa anggukkan sopan dan kata "Arigatou" - Sekayanya Jepang dalam budaya, mereka juga kaya akan dialek. Sementara standard bahasa Jepang bisa dipahami di mana-mana, disetiap sudut di Jepang memiliki dialeknya sendiri-sendiri, termasuk kata-kata yang sama sekali berbeda, termasuk variasi tata bahasa dan pengucapannya. Mari kita lihat beberapa dari mereka!

Hokkaido: Tanah Dosanko

Hokkaido: Tanah Dosanko

Mulai dari Utara dan turun kebawah, pemberhentian pertama kami yang pertama adalah Hokkaido, bagian utara profinsi Jepang. Kata yang muncul di judul tadi, Dosanko, sebenarnya nama kuda poni dari Hokkaido, salah satu keturunan kuda asli Jepang. Bagaimanapun juga ini adalah istilah untuk orang-orang yang lahir di Hokkaido. Ketika Anda mendengar seseorang berkata "Saya Dosanko", mereka tidak menyiratkan bahwa mereka adalah seekor kuda poni melainkan seseorang dari Hokkaido.
Sebagai profinsi paling dingin di Jepang, merupakan sesuatu hal yang wajar jikalau mereka mempunyai dialek khusus untuk kata “dingin". Bukan dingin biasa atau dalam bahasa Jepang standard “samui”, tapi jenis dingin menggigil yang dapat Anda rasakan jauh kedalam tulang Anda - di saat seperti itu, “samui” berubah menjadi “shibareru”.
Kata lain yang bisa Anda temukan di Hokkaido adalah “naichi", istilah yang didalam standard bahasa Jepang mengacu pada keseluruhan Jepang sebagai sebuah negara. Bagaimanapun juga orang-orang di Hokkaido dan orang-orang di Okinawa, menggunakannya untuk merujuk ke daratan Jepang, kadang-kadang hanya Honshu, kadang-kadang Honshu, Kyushu, dan Shikoku gabungan juga menggunakannya.

Tohoku: Selamat Datang di Utara

Tohoku: Selamat Datang di Utara

Wilayah Tohoku adalah bagian paling utara Honshu, pada dasarnya ia terletak di antara Kanto, di mana Tokyo sekarang berada, dan Hokkaido jauh dibagian utaranya. Agak sedikit sulit untuk berbicara tentang satu dialek Tohoku karena ada cukup banyak variasi yang berbeda di seluruh daerah ini, tetapi mereka memiliki kemiripan. Pertama dan terpenting, ini mungkin adalah salah satu yang paling sulit untuk dipahami, bahkan untuk penutur asli bahasa Jepang sekalipun. Dialek ini memiliki reputasi yang agak buruk karena kedengarannya cadel karena cara pengucapannya berbeda jauh dari standard bahasa Jepang, dengan banyak suku kata yang dinasalisasikan (bicara melalui hidung). Pembicara TV berdialek Tohoku sering diberikan terjemahan dibawah layar sehingga orang Jepang lainnya dapat memahami mereka. Mari kita lihat beberapa perbedaan: vokal keras, seperti “ku” atau “ta” diucapkan sebagai vokal lembut di Tohoku-ben menjadi “gu" dan “da”.
Perbedaan lain sering dibahas adalah frase yang sangat umum dari “sou desu" dan “sou desu ka”. Dalam standar bahas Jepang, itu berarti "itu benar" dan “Oh begitu?"; Tohoku-ben, bagaimanapun, memiliki versi sendiri dari ini yaitu: “nda" untuk “itu benar", dan “ndaga" untuk “Oh begitu".

Kanto: Standar Metropolis

Kanto: Standar Metropolis

Kanto adalah sebuah area di Tokyo dan provinsi disekitarnya, dan sementara Anda akan dapat menemukan beberapa petunjuk sedikit dialek di wilayah pedesaan di Kanto, bahasa Jepang yang diucapkan oleh sebagian besar orang disini adalah bahasa standard di Jepang, atau hyojungo: ini adalah bahasa yang dianggap resmi di Jepang, seperti yang ditulis dalam kedua dokumen resmi dan buku pelajaran. Hyojungo dipahami di seluruh Jepang.

Shin’etsu: Atap Jepang

Shin’etsu: Atap Jepang

Wilayah Shin'etsu meliputi propinsi Nagano dan Niigata, sering disebut sebagai atap Jepang. Dialek yang paling menonjol dari daerah ini disebut dialek Nagaoka yang sangat dekat dengan dialek Niigata, meskipun bervariasi sedikit dari kota ke kota.
Beberapa kata yang paling menonjol meliputi “shoshii", versi Nagaoka dari kata “hazukashii” yang dalam bahasa standard Jepang berarti “malu", serta “yakkoi" untuk “yawarakai”, yang berarti lembut.
Ungkapan lain yang akan membuat Anda tersandung dan mungkin tidak tahu apa artinya adalah “najira". Ini adalah cara gaya Nagaoka untuk memberikan saran kepada seseorang, dengan bahasa standar bahasa Jepang, contohnya: “spaghetti dou desu ka”, artinya "Bagaimana spaghetti untuk makan malam?" Ketika di Shin'etsu, Anda sebaiknya bertanya “spaghetti, najira?”

Tokai: Banyak Sekali Kucing

Tokai: Banyak Sekali Kucing

Wilayah Tokai membentang di sepanjang selatan pantai Tokyo, dengan Nagoya sebagai kota terbesarnya. Dengan demikian, dialek Nagoya adalah wakil dari bagian ini di Jepang, meskipun bukan satu-satunya dialek yang diucapkan di sana. Penutur dialek Nagoya sering digoda dan dikatakan terdengar seperti kucing, karena suku kata “myaa" sering ditemukan pada akhir kalimat, dan “ja nyaa" adalah versi Nagoya dari “ja nai", sebuah bentuk kata negatif. Keduanya terdengar sangat dekat dengan kata suara kucing “meong” di Jepang, yang kebetulan adalah “nya”.
Sebuah kata yang Anda tidak akan dengar di mana saja di luar daerah adalah “yookee", diucapkan dengan “o” panjang dan “e” panjang. Ini berarti banyak atau berlimpah, dan pada dasarnya dapat diterapkan dalam bentuk apa pun. Banyak kucing: “neko yookee", selalu ada dalam pikirkan ketika berkunjung ke Nagoya.

Horuriku: Tidak ada Televisi Disini

Horuriku: Tidak ada Televisi Disini

Diseberang Tokai terdapat wilayah Hokuriku, di pantai barat Honshu, termasuk Fukui, Ishikawa, dan Toyama, serta pulau Sado. Tempat-tempat ini terkenal karena banyak lokasi wisata tradisional termasuk sejumlah besar sumber air panas dan reruntuhan istana. Sementara ada juga berbagai dialek di wilayah ini, salah satu yang paling menonjol adalah dialek Fukui.
Contoh kami yang pertama dari versi Fukui seperti sebelumnya “sou desu", frase yang sangat umum dari percakapan sehari-hari. Namun di Fukui selain berucap “sou desu", mereka akan mengkonfirmasi sesuatu dengan anggukan dan mengucapkan “hoya hoya”.
Keunikan lain adalah suara statis yang dihasilkan oleh TV pada saat tidak ada signal. Istilah standar bahasa Jepang untuk itu adalah “suna arashi", secara harfiah berarti badai pasir, suara televisi di Fukui berbunyi “jami jami” sebagai gantinya.

Kansai: Yang Anggun dan yang Ceplas-Ceplos

Kansai: Yang Anggun dan yang Ceplas-Ceplos

Kansai terkenal untuk kedua kotanya yaitu Osaka dan Kyoto, yang pertama adalah sebuah metropolis yang energik, ramah dan jujur ​​bisnis dan lezat makanan jalanannya, sedangkan yang kedua dikenal untuk kedua budaya tradisional dan keanggunannya. Dengan demikian, tidak mengherankan jika keduanya memiliki dialek yang sangat khas.
Dialek Kyoto dianggap sebagai yang paling sopan dan elegan dari semua variasi bahasa di Kansai. Hal ini bisa terlihat dalam frase tertentu yang menggambarkan kesopanan dan juga “ucapan secara tidak langsung” dan ini biasanya dikaitkan dengan orang-orang dari ibukota Jepang tua. Salah satu contoh, meskipun lebih berupa sebuah metafora dari dialek yang sebenarnya, adalah: "Bagaimana dengan nasi kuah?" Sementara ini tampaknya cukup tidak salah untuk diucapkan, namun itu sebenarnya sebuah permintaan halus agar para tamu meninggalkan tempat setelah tinggal sangat lama. Adapun dialek yang sebenarnya dan contoh yang terkenal adalah kata “Dosu", versi gaya Kyoto “desu", sebuah kata kerja bantu. Ini adalah cara yang sangat tua untuk berbicara yang masih bisa didengar khususnya di Gion, area-area Geisha di kota itu.
Osaka, di sisi lain, jauh lebih ceplas-ceplos dari Kyoto, tetangganya. Dialek di Osaka, yang sering sinonim disebut dialek Kansai, memiliki berbagai macam ekspresi yang unik dan berkarakter. “Okini“ seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah cara di Osaka untuk mengucapkan terima kasih, dan ini hanyalah salah satu contohnya.

Chugoku: Kulit Kasar, Lembut Didalamnya?

Chugoku: Kulit Kasar, Lembut Didalamnya?

Dari Kuil Besar Izumo hingga Padang Pasir Tottori, Chugoku memiliki banyak atraksi wisata yang menakjubkan yang ditawarkan dan merupakan daerah populer bagi para wisatawan Jepang maupun internasional. Sebagai kota terbesar, Hiroshima, tentu saja memiliki dialek tersendiri dan terkenal karena terdengar sedikit mengancam untuk orang-orang yang tidak memahaminya.
Salah satu fitur utamanya adalah “ja” yang menggantikan “da” dalam bahasa Jepang standar yang biasa terdengar di akhir kalimat dalam percakapan sehari-hari; Misalnya kata “Jaken" yang terkenal itu, yang berarti “karena” ini menggantikan kata “dakara” yang biasa digunakan.

Kyushu: Ragam Dialek

Kyushu: Ragam Dialek

Kyushu adalah salah satu pulau utama Jepang dan memiliki berbagai macam dialek regional. Hal itu akan sulit untuk dibahas secara detail, jadi sebaiknya mari kita lihat beberapa contoh dari berbagai macam dialek dari seluruh Kyushu.
Sebuah contoh lucu dari dialek Saga adalah cara untuk menandai sebuah reservasi, seperti kursi di teater. Sebagai ganti bahasa standard Jepang “iru totte”, orang di Saga mengatakan “tottotto". Anda mungkin akan berpikir dua kali sebelum duduk ketika mendengar ini.
Salah satu frase tertentu dari Fukuoka yang menjadi terkenal di seluruh Jepang yaitu: “nanbashi yotto?”, walaupun penutur asli akan sulit menghubungkannya dengan ungkapan yang dalam bahasa standarnya “nani o shite imasu ka”, atau dalam bahasa Inggris "apa yang Anda lakukan?".
Karakteristik lain dari dialek Hakata yang diucapkan di dalam dan sekitar Fukuoka, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adalah suku kata “da“ yang berubah menjadi “ya”. Berikut ini adalah contoh: didalam bahasa standard Jepang, “sushi da” yang artinya "ini adalah sushi”, sementara di Fukuoka, Anda akan mengatakan “sushi ya” yang juga bisa berarti “restoran sushi”.

Okinawa: Kerajaan Ryuku

Okinawa: Kerajaan Ryuku

Untuk waktu yang cukup lama, Okinawa bukanlah bagian dari Jepang namun adalah sebuah kerajaan tersendiri yaitu: Kerajaan Ryukyu. Dengan demikian bukannya dialek Okinawa, namun sebenarnya merupakan bahasanya sendiri dan hingga kini masih banyak digunakan didalam percakapan sehari-hari. Akan menjadi sesuatu yang mustahil untuk memberikan contoh dari keseluruhan bahasanya, jadi sebaiknya kita akan membahas berbagai macam frasa:
“Mensore" digunakan untuk menyambut orang ke sebuah toko, selain “Irasshaimase” seperti biasanya digunakan, dan bukannya mengatakan “kanpai!” ketika berbagi minuman, orang-orang di Okinawa mengatakan “karii". Hal lain yang sangat penting untuk ditahui, frase yang setiap orang pertama kali belajar ketika mempelajari sebuah bahasa baru adalah - aku mencintaimu. Dalam Standar Jepang, itu dikenal dengan “ai shitte iru”; namun di Okinawa? “Shichuusaa”.

*This information is from the time of this article's publication.
*Prices and options mentioned are subject to change.
*Unless stated otherwise, all prices include tax.

Bagikan artikel ini.

Cari